Minggu, 27 November 2011

[REPORTASE]Sehari ini saja loh! Maju tak gentar!!

Motor Modifikasi Karya Retro Classic Custom Jogjakarta pada gelaran U-mild Festrack di Kenjeran Park, Minggu 27 November 2011
Hari Minggu, 27 November 2011 rencana saya untuk meliput U-mild Festrack di Pantai Ria Kenjeran tiba-tiba saya hentikan, saat dering hape yang ternyata teman satu kelompok di mata kuliah Keterampilan Interpersnal (Jutatar!) mengabarkan bahwa dia dan teman-teman yang lain akan jalan-jalan ke House of Sampoerna. Saya pun melaju dari parkiran Kenjeran Park menuju meeting point di Mulyosari. Kita pun berangkat.
Meski diwarnai beberapa kejadian nyasar dan salah paham, rombongan kami yang menggunakan 5 motor akhirnya sampai di House of Sampoerna. Oiya, ada fakta unik di sini, bahwa rombongan kami semuanya bukan asli Surabaya, tidak kenal jalan-jalan di Surabaya, serta hanya tahu suatu titik interes hanya melalui lokasinya, bukan lengkap beserta detail jalur-jalur jalannya. Jadi bisa dibayangkan berapa kali kami harus memutar atau bertanya kepada orang-orang di pinggir jalan.

Lontong Balap Pak Pri

Sesampainya di House of Sampoerna, ternyata bagi sebagian besar anggota rombongan (7 orang) sudah waktunya jam makan siang, akhirnya kami mengisi perut keroncongan kami di warung Lontong Balap Pak Pri, yang katanya (lagi) lumayan enak, lokasinya pun dekat dengan lokasi House of Sampoerna. Dan ternyata setelah dicicipi, betul kalo kata pak Bondan "Mak Nyos! Top markotop! Sip markosip!". Bisa jadi karena memang enak, atau kami memang baru kali ini merasakan lontong balap, atau memang karena kami lapar.haha

House of Sampoerna



 Tibalah saatnya kami masuk, dan ternyataaa... salah satu anggota rombongan kami ga bisa masuk gara-gara belum cukup umur. Iya, jadi saat diminta menunjukkan KTP, ternyata si Raka masih terlalu muda untuk masuk museum. Yup betul! Museum di House of Sampoerna  tidak cuma mengkisahkan perjalanan usaha Liem Seeng Tee, ketika mendirikan Sampoerna, sebuah pabrik rokok yang cukup kita kenal sekarang, tapi sekaligus menjadi museum rokok. Yah, untuk mematuhi peraturan akhirnya saya ikutan ga masuk museum, saya memilih menemani Raka di bagian Art Gallery, yang ternyata mencengangkan saya!

Di Art Gallery tersebut terpajang puluhan foto sejarah perjuangan bangsa, yang kira-kira terjadi pada masa sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan era Soekarno-Hatta pada masa agresi militer Belanda 1948. Sungguh saya terpaku, melihat begitu banyak foto yang belum saya pernah lihat sebelumnya. Foto-foto hasil reproduksi Galeri Jurnalistik Fotografi Antara (GJFA) tersebut menggambarkan suasana perjuangan rakyat Indonesia pada masa itu, saat awal masa kemerderdekaan sampai ke masa agresi militer Belanda. Saya bahkan menemukan banyak foto yang pertama kali saya lihat seumur hidup saya, tidak pernah saya lihat di cetakan buku sejarah manapun. Hebat!







Kampung Ilmu, Jl. Semarang

Puas berkeliling House of Sampoerna, ternyata sebagian besar anggota rombongan kurang puas untuk langsung pulang, akhirnya kami sepakat meneruskan petualangan kami menuju ke Jalan Semarang, yang katanya terdapat banyak penjual buku bekas di sana. akhirnya dengan modal nekat dan keberanian bertanya akhirnya kami pun tiba di sana, dan langsung terpana dengan deretan kios-kios buku bekas di sana. Tak menunggu lama kami sudah berpencar mencari buku-buku incaran kami..hihi. Setelah puas berkeliling, salah satu anggota rombongan, si Eka menyatakan keinginannya beli hape, karena hape lamanya rusak. Hasil berunding akhirnya disepakati lokasi selanjutnya adalah World Trade Center Surabaya, sekaligus kami akan mengunjungi Monumen Kapal Selam.



Monumen Kapal Selam 
Monumen ini adalah monumen kapal selam terbesar di kawasan Asia, menggunakan KRI Pasopati sebagai peraga, merupakan kapal selam produksi Rusia, telah mengamankan garis perairan Republik Indonesia dari tahun 1962 sampai berakhir masa bhaktinya tahun 1987. Untuk memajang di lokasinya di pinggir Kalimas, Surabaya, kapal selam ini dibelah menjadi 16 bagian, dan disusun kembali di lokasi. Di dalamnya kami dapat melihat detail ukuran sebenarnya, bagaimana kapal selam beroperasi serta suasana kira-kira ketika kapal ini berlayar. Setelah puas kami berfoto-foto, rasa lapar kami membawa kami ke jalan Dharmawangsa untuk mencoba pedasnya Sego Sambel.hihi

 




Jadi, liburan satu hari pun bisa diisi dengan kegiatan petualangan, kegiatan yang positif. Berkunjung ke museum, monumen atau tempat menarik lainnya, tak harus ke mall, restoran atau tempat-tempat eksklusif lainnya. Lagipula, ternyata Surabaya banyak tempat menarik untuk dikunjungi, apalagi kalau rame-rame. 


Jutatar?!! MAJU TAK GENTAR!!!


3 komentar:

  1. banyak yang kepengen ikut...
    jadi ide klub mbolang malah tambah gede nih...

    BalasHapus
  2. Mas, acara makan yang satunya mantap tuh. pulang2 perut saya sakit! :D

    BalasHapus